Minggu, 11 Oktober 2020

Berubah Merupakan Kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya ( Atkinson, 1987) 

Berubah merupakan Proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku Individu atau institusi (Brooten, 1978 )

Sebuah Perubahan tidak akan bisa dihindari dalam kehidupan manusia.  Perubahan telah mulai disadari  menjadi bagian yang terpenting dari suatu organisasi dan kehidupn pada awal sekitar 40 tahun yang lalu. Dimulai oleh dunia usaha dan teknologi  yang lebih dulu menyadari pentingnya  perubahan bagi peningkatan kualitas produksi serta kuantitas yang dihasilkan. Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk  memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan baik itu dalam Organisasi, Produksi, Maupun Kehidupan.

Perubahan Terencana

(Bennis et all,1976) mengatakan perubahan yang sengaja diaplikasikan melalui Ketrampilan Manajemen dan kepemimpinan dan arah perubahan.

Perubahan terencana adalah suatu perubahan yang direncanakan, dirancang, diterapkan, dikelola, secara teratur dan tepat waktu untuk mengantisipasi peristiwa di masa depan Perubahan tersebut dapat terkait dengan :

·         Budaya Perusahaan,

·         Struktur Organisasi,

·         Proses Bisnis,

·         Strategi Perusahaan,

·         Atau Aspek Bisnis Lainnya

 

Perubahan berguna untuk Penyempurnaan serta dapat menerapkan Ide atau konsep dalam mencapai tujuan tertentu.

Model-model Perubahan Terencana :  

1.THREE STEP MODEL Kurt Lewin

Three Step Model yang ditemukan oleh Kurt Lewin merupakan suatu analisis kekuatan lapangan atau lingkungan internal dan eksternal organisasi.Lewin mengembangkan konsep force field analysis atau teori perubahan untuk membantu menganalisa dan mengerti suatu kekuatan terhadap suatu inisiatif perubahan.

Force field analysis adalah sebuah teknik untuk melihat gambaran utama yang melibatkan semua kekuatan yang berjalan sejalan dengan perubahan (driving forces) dan kekuatan yang merintangi sebuah perubahan (resisting forces).

Berikut penjelasan untuk masing-masing fase dalam Lewin (Lewin, 1951):

  1. Unfreezing
    Fase yang pertama ini dibentuk dengan
    teori perilaku manusia dan perilaku perusahaan, yang terbagi dalam tiga subproses yang mempunyai relevansi terhadap kesiapan perubahan yaitu perlunya kondisi perubahan karena adanya kesenjangan yang besar antara tujuan dan kenyataan. Proses edukasi tersebut memerlukan desakan dan motivasi bahwa perubahan yang dilakukan tersebut merupakan hal yang positif, mendatangkan keuntungan, serta membantu kegiatan dalam perusahaan kedepannya.
  2. Movement
    Menganalisa kesenjangan antara desire status dengan status quo, dan mencermati program-program perubahan yang sesuai untuk dilakukan agar dapat memberi solusi yang optimal untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan.
  3. Refreezing
    Merupakan fase dimana perubahan yang terjadi distabilisasi dengan
    membantu orang-orang yang terkena dampak perubahan, mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah berubah ke dalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan memberi mereka kesempatan untuk menunjukkan perilaku dan sikap baru.

Metode lewin digunakan sebagai landasan utama dalam menyusun kerangka baru manajemen perubahan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan metode Lewin secara efektif memungkinkan bisnis untuk sukses dalam merencanakan, mendesain dan mengimplementasikan perubahan (Longo, 2011).

Keterbatasan dari metode manajemen perubahan Lewin adalah:

  1. Metode Lewin terlalu sederhana dan tidak cocok untuk organisasi besar yang memiliki inovasi yang tinggi.
  2. Metode Lewin terlihat menganjurkan pendekatan manajemen perubahan dari atas ke bawah, dilain pihak mengesampingkan pendekatan manajemen dari bawah ke atas.

2.MODEL ACTION RESEARCH

Model Penelitian Tindakan (action research) klasik berfokus pada perubahan terencana (planned change) sebagai proses siklus di mana penyelidikan awal tentang organisasi untuk menyediakan informasi. Informasi ini kemudian digunakan untuk tindakan selanjutnya.

berikut ini adalah penjelasan setiap langkah-langkah action research 

Identifikasi masalah ; Tahap ini biasanya dimulai seorang eksekutif dalam organisasi atau seseorang dengan kekuasaan dan pengaruh merasa bahwa organisasi memiliki satu atau lebih masalah yang mungkin dipecahkan dengan bantuan praktisi organizational development (OD).

Konsultasi dengan ahli ilmu perilaku (Behavioral Science Expert) ; Konsultasi ini mengarah pada perencanaan metode untuk diagnosis.

Mengumpulkan data dan Diagnosis Awal ;melibatkan pengumpulan informasi yang tepat dan menganalisisnya untuk menentukan hal yang mendasari penyebab masalah organisasi. Empat metode dasar pengumpulan data yaitu wawancara, observasi proses, kuesioner, dan data kinerja organisasi.

Tanggapan ke Klien atau Kelompok Kunci ;membantu menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi atau unit yang diteliti. Menentukan apa yang relevan dan berguna termasuk pertimbangan privasi dan etika serta penilaian tentang apakah kelompok siap untuk menerima informasi atau tidak.

 Diagnosis Bersama ; praktisi membantu klien untuk menafsirkan data dan membuat kesimpulan. Ada keterkaitan antara pengumpulan data, umpan balik, dan diagnosis karena konsultan merangkum data dasar dari klien dan menyajikan data kepada mereka untuk validasi dan diagnosis lebih lanjut.

Perencanaan Aksi Bersama ; tindakan lebih lanjut yang akan diambil. Ini adalah awal dari pergerakan proses (dijelaskan dalam model perubahan Lewin). Organisasi memutuskan bagaimana yang terbaik untuk mencapai perbedaan keseimbangan kuasi-stasioner. Pada tahap ini, tindakan khusus yang akan diambil tergantung pada budaya, teknologi dan lingkungan dari organisasi; diagnosis masalah; dan waktu dan biaya dari intervensi.

Aksi ; menggunakan metode dan prosedur baru, reorganisasi struktur dan desain pekerjaan, dan memperkuat perilaku baru. perubahan telah berjalan meskipun membutuhkan penyesuaian

Pengumpulan Data Setelah Aksi ; penelitian tindakan merupakan proses siklus, data dikumpulkan lagi, untuk mengukur apakah pelaksanaannya berhasil, dan apakah pelaksanaannya memiliki efek yang diinginkan. Data ini diumpan balik ke organisasi. Pada akhirnya, dapat menyebabkan re-diagnosis dan tindakan baru.

3.MODEL POSITIF

Model positif berakar dari sikap positif bahwa sesuatu dapat menjadi lebih baik. Model ini berfokus pada hal positif atau hal yang baik yang ditemukan dalam organisasi. Karena itu, model ini tidak memerlukan masalah sebagai syarat awal, melainkan dimulai dari harapan bahwa sesuatu akan menjadi lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa orang akan bertindak dengan cara yang membuat harapan mereka terwujud. Dengan demikian, harapan positif tentang organisasi dapat memberikan energi dan mengarahkan perilaku ke arah membuat keyakinan itu terjadi.

Model positif dari perubahan terencana melibatkan lima fase:

Memulai Penyelidikan ; menentukan subjek perubahan. Ini dapat berupa keinginan tim kerja untuk meningkatkan sesuatu yang selama ini merupakan isu dalam organisasi,

Praktek Terbaik ; Fase ini melibatkan pengumpulan informasi tentang “Apa yang Terbaik” dalam organisasi.

Temukan Tema ;  memeriksa cerita, baik besar dan kecil, untuk mengidentifikasi satu set tema yang mewakili dimensi umum pengalaman

Membayangkan Pilihan Masa Depan ; memeriksa tema yang teridentifikasi, tantangan status quo, dan menggambarkan masa depan yang menarik. Berdasarkan keberhasilan masa lalu organisasi, secara kolektif memvisualisasikan masa depan organisasi dan mengembangkan “berbagai kemungkinan proposisi” – pernyataan-pernyataan  yang menjembatani  praktek organisasi terbaik saat ini dengan kemungkinan ideal untuk pengorganisasian masa depan. Proposisi-proposisi ini harus menyajikan gambaran yang benar-benar menarik, provokatif, dan kemungkinan masa depan.

Merancang dan Memberikan Cara Membuat Masa Depan; melibatkan desain dan pemberian cara untuk membuat masa depan. Ini menggambarkan kegiatan dan menciptakan rencana yang diperlukan untuk membawa visi. Ini dilanjutkan ke tindakan dan penilaian tahap mirip dengan penelitian tindakan dijelaskan sebelumnya.

 

4.Contoh kasus

Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia diantaranya adalah

  1. Perubahan logo
  2. Perubahan Layanan
  3. Perubahan sistem yang dilakukan oleh PT KAI  

2

3.     Perubahan Layanan

Penerapan berbagai perubahan ini memiliki hambatan yang berasal dari eksternal yaitu adanya tekanan sosial berasal dari lingkungan masyarakat yang membuat PT KAI harus beradaptasi dengan tuntutan tersebut dan melakukan perubahan-perubahan tersebut agar PT KAI menjadi semakin baik.

Dampak Perubahan

Dampak yang terjadi setelah adanya perubahan pada sistem penjualan tiket PT KAI yaitu menggunakan sistem ‘Self Check In’ adalah penumpang kereta api yang sudah memesan tiket di cannel eksternal atau agen resmi dan sudah mendapatkan kode booking tidak perlu lagi antri di loket stasiun, karena bisa mencetak sendiri di sistem self check tersebut. Hal ini membuat penumpang KA tidak perlu membuang banyak waktunya untuk antri di loket stasiun. Bagi PT KAI, adanya sistem ini mempermudah pekerjaan petugas karena semua telah dilakukan secara komputerisasi.

 

Daftar pustaka

https://cerdasco.com/perubahan-terencana/

https://www.slideshare.net/CahyaZTC64/konsep-berubah

https://pioupj.wordpress.com/2017/03/21/perubahan-organisasi/

https://www.dictio.id/t/bagaimana-manajemen-perubahan-versi-kurt-lewin-three-step-model/12843/2

https://mayalink.wordpress.com/2015/11/13/management-development-and-change-perubahan-organisasi-pendidikan-menengah-atas/

 Sumber gambar :

https://www.google.com/search?q=gambar+perubahan&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ALeKk02Kys1jdfhqPZr-xFkud6Ngw1PfUQ:1602477938109&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwitpYvCn67sAhUWcCsKHZZYB4kQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1366&bih=654#imgrc=0tOtXyFINx1o2M

·  

0 Coment:

Posting Komentar